02011 2200253 4500001002100000005001500021035002000036008004100056020001800097041000800115082001000123084001600133100001600149245009900165250001200264260004300276300003000319520128200349650002201631990002601653990002601679990002601705990002601731INLIS00000000000397220221114125804 a0010-0520003972221114 | | ind  a979-97096-2-8 aind a959.8 a959.8 EDI j0 aEdi Cahyono1 aJaman Bergerak di Hindia Belanda :bMosaik Bacaan Kaoem Pergerakan Tempo Doeloe /cEdi Cahyono aCet. 1. aJakarta :bYayasan Pancur Siwah,c2003 a2001 hlm.; 21 cm ;c21 cm aKonsep Kolonialisme Hindia Belanda yang dimulai abad ke-19 disiapkan oleh Herman Willem Daendels (1808-1811) untuk mempertegas pengelolaan wilayah koloni yang sebelumnya hanya merupakan mitra perdagangan Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). Saat itu pula struktur masyarakat kapitalistik terbentuk. Didirikan lembaga keuangan Nederlandsche Handels-Maaatschapij (NHM) pada 1824, dan Javasche Bank pada 1825. Kapitalisme kolonial Hindia Belanda mempunyai tonggak penting, yaitu 1830-1870 sebagai kurun Cultuurstelsel. Setelah 1870, - pencanangan Agrarische Wet -, sejalan jaman liberalisme di mana investasi dipegang oleh swasta eropa. Industrial kapitalistik (hubungan buruh dengan modal) untuk memproduksi barang dagangan secara massal (generalized commodity production) telah dimulai sejak 1830. Konflik perburuhan muncul di mana-mana. Dilihat dari jumlah orang dan desa yang terlibat protes-protes tersebut adalah paling besar. Namun disebabkan belum ada organisasi modern (serikat, partai, dsb), seringkali aktivitas ini tidak menghasilkan apa-apa. Hal serupa ini tentu bisa didapatkan di berbagai wilayah kantung (enclave) di masa itu. Kesenjangan inilah yang menjadi dasar perjuangan Mas Marco, Semaoen, dan lainnya seperti dapat kita telusuri dalam halaman buku ini. 4aSejarah-Indonesia a03251/MKRI-P/III-2006 a03252/MKRI-P/III-2006 a03252/MKRI-P/III-2006 a03251/MKRI-P/III-2006