02117 2200289 4500001002100000005001500021035002000036008004100056020001800097041000800115082001100123084001700134100002100151245010000172250001000272260002900282300003200311504001000343520129700353650002101650990002601671990002601697990002601723990002601749990002601775990002601801INLIS00000000000523720221103032935 a0010-0520005237221103 | | ind  a9789791272940 aind a346.02 a346.02 DJA p0 aDjaja S. Meliala1 aPenuntun Praktis Perjanjian Kuasa menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata /cDjaja S. Meliala aCet.1 aBandung :bNuansa,c2008 aviii, 150p.; 18cm. ;c18cm. ap.150 aPemberian kuasa, adalah suatu perbuatan hukum yang bersumber pada perjanjian yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, oleh karena bermacam-macam alasan, disamping kesibukan sehari-hari sebagai anggota masyarakat yang demikian kompleks. Untuk mengatasi dan mengatur keadaan semacam ini, seseorang akan memerlukan bantuan atau jasa pihak lain dengan syarat atau formalitas-formalitas seperti yang ditentukan oleh undang-undang. Dalam lapangan hukum materiil, hal ini diatur dalam buku III, Bab XVI, Pasal 1792 sampai dengan Pasal 1819 KUH Perdata. Dalam lapangan hukum formil, diatur dalam Pasal 123 HIR (Pasal 147 R. Bg) Dalam Perjanjian pemberian kuasa, selalu ada pihak atau lebih, yakni pemberi kuasa(latsgever) dan pemberi kuasa (lasthebber) Pemberi kuasa adalah orang yang telah dewasa dan tidak berada dibawah pengampuan (Pasal 1330 KUH Perdata) Menurut Pasal 1798 KUH Perdata, seorang anak yang belum dewasa dapat ditunjuk menjadi penerima kuasa, tetapi pemberi kuasa tidak dapat menuntut penerima kuasa(yang masih belum dewasa), jika terjadi hal-hal yang merugikan pemberi kuasa. Si pemberi kuasa dapat menggugat secara langsung orang dengan siapa si penerima kuasa telah bertindak dalam kedudukannya dan menuntut daripadanya pemenuhan persetujuannya (Pasal 1799 KUH Perdata) 4aHukum perjanjian a08438/MKRI-P/XII-2008 a08437/MKRI-P/XII-2008 a08437/MKRI-P/XII-2008 a08438/MKRI-P/XII-2008 a08438/MKRI-P/XII-2008 a08437/MKRI-P/XII-2008