01594 2200241 4500001002100000005001500021035002000036008004100056020001800097041000800115082001000123084001600133100002200149245007300171260005400244300002600298504001600324520091900340650002601259700001701285990002501302990002501327INLIS00000000000587520221027083958 a0010-0520005875221027 | | ind  a979-98461-0-2 aeng a332.1 a332.1 AHM b0 aAhmad Deni Daruri1 aBPPN :bGarbage In Garbage Out /cAhmad Deni Daruri dan Djony Edward aJakarta :bCentre for Banking Crisis (CBC),c2004 axxxv, 307 p. ;c24 cm aBibliografi aKami mencoba mengikuti drama penyehatan pebankan yang terkesan parsial, terpenggal-penggal oleh kepentingan dan terkotak-kotak oleh kebutuhan praktis jangka pendek. Hasilnya tentu perbankan, khususnya bank rekap, diatas angka memang terlihat sehat karena adanya bantuan obligasi Pemerintah yang mencapai kurang lebih Rp 650 triliun dengan beban yang harus dipikul oleh rakyat melalui APBN setiap tahunnya antara Rp 50 triliun hingga Rp 80 triliun, namun secara riil fondasi perbankan nasional masih rapuh. Bahkan kalau tidak berlebihan, lebih rapuh dari kondisi sebelum krisis, yanng artinya potensi perbankan nasional terjerembab dalam krisis jilid kedua terbuka lebar. Karena memang engineering penyehatan perbankan maupun ekonomi makro yang telah mengeluarkan biaya yang begitu besar dan telah mengorbankan kesejahteraan rakyat sedemikian rupa, tidak menjamin perbankan nasional steriil dari pesoalan berikutnya 4a1. Bank dan Perbankan0 aDjony Edward a01622/MKRI-P/II-2005 a01622/MKRI-P/II-2005