03039 2200445 4500001002100000005001500021035002000036008004100056020002200097041000800119082001000127084001600137100001100153245007800164260003000242300002800272520170000300650008202000250001102082990002502093990002502118990002502143990002502168990002502193990002502218990002502243990002502268990002502293990002502318990002502343990002502368990002502393990002502418990002502443990002502468990002502493990002502518990002502543990002502568INLIS00000000000776720221027025111 a0010-0520007767221027 g 0 ind  a978-602-8986-61-8 aind a340.3 a340.3 FAI m0 aFaisal1 aMenerobos positivisme hukum :bkritik terhadap peradilan Asrori /cFaisal aJakarta :bGramata,c2012 axvi, 200 hlm. ;c21 cm. a"Peradilan Asrori merupakan salah satu contoh miscarriage of justice yang pernah terjadi dalam peradilan pidana di Indonesia, yaitu perilaku yang menunjukkan gagalnya penegak hukum kasus Asrori dalam mencapai tujuan tegaknya keadilan. Hal ini di sebabkan oleh perilaku penegak hukum yang menggunakan cara-cara konvensional dalam menjalankan tugas dan fungsinya, yaitu cara berhukum yang hanya bersandarkan pada aspek kepastian hukum semata. Di mana peradilan Asrori tidak dapat dihentikan karena bertentangan dengan prinsip kepastian hukum; seperti apa yang disebutkan dalam Pasal 3 KUHAP yaitu; “peradilan dilakukan menurut cara yang di atur dalam undang-undang ini”, dengan demikian, di luar ketentuan mekanisme KUHAP, maka tindakan menghentikan persidangan Sugik tidak dapat dibenarkan. Persoalannya apakah peradilan Asrori yang menyidangkan terdakwa saudara Sugik harus tetap melanjutkan persidangan, sementara mereka adalah korban salah tangkap. Dengan demikian perlu kiranya melakukan penerobosan hukum melalui penafsiran yang meninggalkan arus utama (penafsiran positivisme hukum) dengan menggunakan pisau analisa studi hukum progresif. Sebagaimana penafsiran kritikal hukum progresif berupaya merefleksikan perilaku penegak hukum Asrori dalam menempatkan hukum sebagai ajaran kemanusiaan dan keadilan. Penegak hukum diharapkan dapat berperan aktif untuk mengintegrasikan keadilan dan kebahagiaan semata-mata demi keadilan. Kemudian penafsiran kritikal hukum progresif dapat menjadi kerangka berfikir penegak hukum dengan menggunakan paradigma pembebasan, yaitu membebaskan diri dari cara berfikir yang positivistik, sehingga penegak hukum tidak sekedar menjadi tawanan undang-undang. 4aLaw reform - Indonesia. | Law enforcement - Indonesia. | Law - Indonesia. aCet. 2 a22945/MKRI-P/XI-2014 a22946/MKRI-P/XI-2014 a22947/MKRI-P/XI-2014 a22948/MKRI-P/XI-2014 a22948/MKRI-P/XI-2014 a22945/MKRI-P/XI-2014 a22946/MKRI-P/XI-2014 a22947/MKRI-P/XI-2014 a22947/MKRI-P/XI-2014 a22945/MKRI-P/XI-2014 a22946/MKRI-P/XI-2014 a22948/MKRI-P/XI-2014 a22946/MKRI-P/XI-2014 a22945/MKRI-P/XI-2014 a22947/MKRI-P/XI-2014 a22948/MKRI-P/XI-2014 a22945/MKRI-P/XI-2014 a22946/MKRI-P/XI-2014 a22947/MKRI-P/XI-2014 a22948/MKRI-P/XI-2014